Sekarang ini
kiranya sudah tidak relaven lagi membahas masalah Bid’ah dan tidaknya sebuah
Maulid, kita abaikan sementara PEMIKIRAN SALAFI, toh ternyata motivator maulid
itu sendiri adalah dari Para Sahabat atau Salafu al-salih sendiri, Dan yang menyampaikan
motivasi tersebut juga dari kalangan Ilmuwan Islam yang sudah sangat tidak di
ragukan profesionalitasnya.
Walaupun Gerakan
Salafy Modern Di Indonesia telah begitu antusias untuk menancapkan kuku-kukunya
demi terlaksananya Wahabi Sebagai Peta Bid’ah Dunia, toh sama sekali tidak
mengurangi semaraknya Maulid.
Namun untuk lebih
meyakinkan Para Pembaca, ada baiknya jika kita baca siapakah Motivator Maulid
dari kalangan Salaf Al-Shalih itu tanpa harus berpanjang lebar berdebat dengan
mendatangkan berbagai dalil, kita break sejenak, dan kita lihat saja fakta di
lapangan, apakah orang2 yang membenci maulid itu bisa lebih baik dalam
berdakwah?, sebab bagaimanapun inti ” Dakwah adalah Cinta “
Untuk Menemukan
Makna Hidup beragama memang sebaiknya kita juga memahami realitas para juru
Dakwah Dunia dan hususnya di Indonesia, bagaimana strategi dakwah wali songo yang begitu banyak
melahirkan Muslimin2 baru hingga anak cucu, dan silahkan Anda bertanya,
sebarapa banyak kalian yang membencinya bisa menuntun dua kalimat syahadat
kepada Orang2 yang tidak beriman?
Oke, kiranya tidak
perlu lagi berpanjang lebar untuk mengawali sebuah pembahasan, silahkan di
tela’ah sebagai berikut dan silahklan mambaca terjemah di bawahnya secara urut:
http://www.warkopmbahlalar.com/2011/11/para-motivator-maulid/
PASAL: KEUTAMAAN PERAYAAN MAULID NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA
SALLAM
Sayyidina Abubakar
Shiddiq berkata :
(Barangsiapa yang
berinfaq satu dirham untuk memperingati Hari kelahiran Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam niscaya orang tersebut akan menjadi teman karibku didalam Surga)
Sayyidina ‘Umar bin
Khaththab berkata :
(Barangsiapa yang
membesarkan (memegahkan/mengagungkan/menyemerakkan) Maulid Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam maka sungguh orang tersebut telah menghidupkan agama Islam)
Sayyidina ‘Utsman
bin ‘Affan :
(Barangsiapa yang
berinfaq satu dirham saja untuk memperingati Hari kelahiran (maulid)Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam maka seakan-akan orang tersebut telah mati syahid pada perang
Badar dan perang Hunain)
Sayyidina ‘Ali bin
Abi Thalib berkata :
(Barangsiapa yang membesarkan
(memegahkan/menyemarakkan/mengagungkan) Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam dan orang tersebut menjadi penyebab terhadap bacaan kisah Maulid niscaya
orang tersebut tidak keluar dari dunia ini kecuali bersama iman dan masuk surga
dengan tanpa hisab)
Imam Hasan Bashri:
(Aku mendambakan jika aku memiliki emas
sebesar gunung Uhud maka akan aku infaqkan untuk terlaksananya pembacaan kisah
Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam )
Syaikh Junaidi
Al-Baghdadi berkata :
(Barangsiapa yang
hadir pada acara Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan membesarkan
(mengagungkan/menghormati) kemuliaannya maka ia telah memperoleh keberuntungan
Iman)
Syaikh Ma’ruf
Al-Kurkhiy berkata :
(Barangsiapa yang menyediakan makanan untuk
pembacaan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, mengumpulkan
saudara-saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru dan
wangi-wangian karena membesarkan (mengagungkan/menghormati) Maulid Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam niscaya Allah menggiring orang tersebut pada hari kiamat bersama
kelompok pertama dari para Nabi-Nabi,
dan orang tersebut berada pada derajat yang setinggi-tingginya derajat )
Imam Fakhruddin
Ar-Raziy berkata :
(Tiada seseorang yang membacakan Maulid Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam atas yang asin atau gandum atau sesuatu yang lain
dari yang bisa dimakan kecuali nyata padanya keberkahan. Dan pada setiap yang
sampai pada makanan tersebut kepadanya maka sesungguhnya makanan tersebut
bergetar dan tidak akan stabil (tenang) sehingga Allah mengampuni dosa
orang-orang yang memakan makanan tersebut. Dan jika Maulid Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam dibaca atas air maka siapa yang minum air tersebut niscaya
telah masuk dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat Allah, keluar daripadanya
seribu dendam dan dengki. Dan tiada mati hatinya pada hari yang akan mati semua
hati. Dan barangsiapa yang membacakan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
atas dirham yang ditempa/cetak perak ataupun emas dan dicampurkan dirham
tersebut dengan yang lain niscaya akan terjadi keberkahan di dalamnya, dan
pemiliknya tidak akan pernah faqir dan tangannya tidak akan kosong (dari
dirham/uang) berkat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam )
Imam Syafi’i
berkata :
(Barangsiapa yang
mengumpulkan saudara-saudaranya untuk Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam, dan mempersiapkan makanan, menghiasi tempat, melakukan yang baik, dan
dia menjadi penyebab pembacaan Maulid
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam niscaya Allah membangkitkannya pada hari
kiamat bersama orang-orang Shiddiq, orang Syahid dam orang Shalih. Dan dia
berada dalam surga yang penuh nikmat )
Syaikh As-Sirriy
Saqathiy berkata :
(Barangsiapa yang
menuju suatu tempat yang di situ
dibacakan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam maka sungguh ia
telah menuju satu kebun dari kebun-kebun surga, karena sesungguhnya tiada
seseorang yang menuju tempat tersebut kecuali karena kecintaannya kepada Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Dan sungguh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda : Barangsiapa yang mencintaiku adalah ia bersamaku didalam surga)
Sulthan ‘Arifin
Imam Jalaluddin ‘Abdurrahman As-Suyuthi dalam kitab Beliau yang diberi nama
Al-Wasaail Fi Syarhi Asy-Syamaail berkata :
(Tiada dari suatu rumah atau mesjid atau
perkemahan yang dibacakan padanya Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
kecuali para malaikat mengepung tempat atau Rumah atau Masjid itu, dan para
malaikat memintakan ampun atas dosa terhadap penghuni tempat tersebut, dan
Allah meliputi mereka dengan rahmat dan keridhaan-Nya. Dan adapun Yang
Dikelilingi Dengan Cahaya yakni Jibril, Mikail, Israfil dan ‘Izrail
‘alaihimussalam meminta ampunan dosa terhadap orang-orang yang menjadi penyebab
bagi pembacaan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam)
Dan Beliau juga
berkata :
(Tiada dari seorang Islam yang dibacakan pada
rumahnya Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam kecuali Allah Subhanahu Wa
Ta’ala mengangkat kemarau, wabak, kebakaran, karam, penyakit, bala, murka,
dengki, mata yang jahat dan pencuri dari ahli rumah tersebut. Jika orang
tersebut meninggal dunia niscaya Allah memudahkan baginya menjawab pertanyaan
Malaikat Munkar dan Nakir, dan adalah tempat duduknya pada tempat yang benar
disisi Tuhan yang maha memiliki lagi kuasa. Barangsiapa yang berkehendak
membesarkan Maulid Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam niscaya cukuplah baginya
ini ketentuan. Dan barangsiapa yang tiada disisinya membesarkan Maulid Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam walaupun dipenuhkan pujian baginya didunia ini
niscaya tiada bergerak hatinya untuk mencintai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam)
Dan ada baiknya
kita baca juga komentar para pakar di berbagai bidang disiplin Ilmu Agama
seperti berikut:
قال
الإمام عبد الرحمن بن إسماعيل الشهير بأبي شامة شيخ النووي
Berkata imam
abdurrahman bin ismail yg dkenal dgn abu syamah beliau adalah guru imam nawawi
(abu syamah ini adalah ulama ahli alquran,takwil,tafsir,ushul,dan paling ahli
qiraat pada masanya,sehingga pd masa beliau hdp,beliaulah yg jd tujuan orang2
untk pengembalian hukum,krn sangat alim nya beliau,dan pd masa itu beliau lah
yg plng alim,dalam ktb itqon karangan imam sayuthi,kbnyakan qaul2 dr mslah ilmu
ushul tafsir,pengambilan beliau dr imam abu syamah ini,dan imam abu syamah ini
jg pensyarah matan syatibiyah pd qiraat)
: ومن أحسن ما ابتدع في زماننا
Sebagian dari
sebagus2 yg dbid’ah kan pada zaman skrg
ما
يفعل كل عام في اليوم الموافق ليوم مولده صلى الله عليه وسلم
Yaitu peringatan yg
dkerjakan tiap tahun bertepatan pd hari lahirnya rasul shollallahu alaih
wasallam
من
الصدقة والمعروف وإظهار الزينة والسرور
Seperti
bershodaqah,berbuat baik,dan menampakkan kebagusan dan kgembiraan
فإن
ذلك مع ما فيه من الإحسان إلى الفقراء
Karena bahwasanya
itu disertai apa saja yang ada didalam nya dari berbuat baik kepada faqir
miskin
مشعر
بمحبة النبي صلى الله عليه وسلم وتعظيمه وجلالته في قلب فاعل ذلك وشكر لله تعالى
على ما من به من إيجاد رسول الله الذي أرسله رحمة للعالمين
Merasakan dalam
hati yg mengerjakannya itu dgn mencintai rasul dan membesarkanya dan memuliakan
nya,dan jg mensyukuri atas pemberian nya yg bermanfaat spt ADA NYA RASUL YANG
IA UTUS SEBAGAI RAHMATAN LIL ‘ALAMIN
Semoga Allah
menjadikan kami dan kalian semua termasuk
orang-orang yang membesarkan (mengagungkan) Maulid Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam dan orang yang mengenal keagungannya. Semoga Allah menjadikan
kami dan kalian semua bagian dari orang-orang yang khusus dari orang yang
khusus yang mencintai Beliau dan para pengikutnya. Terimalah Wahai Pemilik
Semesta Alam.
Dan Rahmat Allah
kepada Sayyidina Muhammad dan keluarganya serta shahabatnya sekalian hingga
hari kiamat.
(Dinukilkan dari
kitab : Nikmat Yang Besar Atas Alam Pada Kelahiran Penghulu Keturunan Adam –
karangan Imam Ibnu Hajar Al-Haitami Asy-Syafi’i)
Terjemah: Abu
‘Ammaar Al Saydani
**************
21
DALIL MAULID
Yang pertama
merayakan Maulid Nabi SAW adalah shahibul Maulid sendiri, yaitu Nabi SAW,
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan Muslim bahwa,
ketika ditanya mengapa berpuasa di hari Senin, beliau menjawab, “Itu adalah
hari kelahiranku.” Ini nash yang paling nyata yang menunjukkan bahwa
memperingati Maulid Nabi adalah sesuatu yang dibolehkan syara’.
Banyak dalil yang bisa
kita jadikan sebagai dasar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
PERTAMA, peringatan
Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau.
Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika
Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira
tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya.
Sebagai tanda suka cita. Dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa
atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba. Demikianlah rahmat Allah
terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap
orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati,
karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, bagaimanakah kiranya anugerah
Allah bagi umatnya, yang iman selalu ada di hatinya? —)
KEDUA, beliau
sendiri mengagungkan hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah pada hari itu
atas nikmat-Nya yang terbesar kepadanya.
KETIGA, gembira
dengan Rasulullah SAW adalah perintah Al-Quran. Allah SWT berfirman,
“Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira’.” (QS Yunus: 58).
Jadi, Allah SWT
menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi SAW merupakan
rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran, “Dan tidaklah Kami
mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya’: 107).
KEEMPAT, Nabi SAW
memperhatikan kaitan antara waktu dan kejadian-kejadian keagamaan yang besar
yang telah lewat. Apabila datang waktu ketika peristiwa itu terjadi, itu
merupakan kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya.
KELIMA, peringatan
Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu
diperintahkan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian
untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).
Apa saja yang
mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang dituntut oleh syara’, berarti hal
itu juga dituntut oleh syara’. Berapa banyak manfaat dan anugerah yang
diperoleh dengan membacakan salam kepadanya.
KEENAM, dalam
peringatan Maulid disebut tentang kelahiran beliau, mukjizat-mukjizatnya,
sirahnya, dan pengenalan tentang pribadi beliau. Bukankah kita diperintahkan
untuk mengenalnya serta dituntut untuk meneladaninya, mengikuti perbuatannya,
dan mengimani mukjizatnya. Kitab-kitab Maulid menyampaikan semuanya dengan
lengkap.
KETUJUH, peringatan
Maulid merupakan ungkapan membalas jasa beliau dengan menunaikan sebagian
kewajiban kita kepada beliau dengan menjelaskan sifat-sifatnya yang sempurna
dan akhlaqnya yang utama.
Dulu, di masa Nabi,
para penyair datang kepada beliau melantunkan qashidah-qashidah yang memujinya.
Nabi ridha (senang) dengan apa yang mereka lakukan dan memberikan balasan
kepada mereka dengan kebaikan-kebaikan. Jika beliau ridha dengan orang yang
memujinya, bagaimana beliau tidak ridha dengan orang yang mengumpulkan
keterangan tentang perangai-perangai beliau yang mulia. Hal itu juga
mendekatkan diri kita kepada beliau, yakni dengan manarik kecintaannya dan
keridhaannya.
KEDELAPAN, mengenal
perangai beliau, mukjizat-mukjizatnya, dan irhash-nya (kejadian-kejadian luar
biasa yang Allah berikan pada diri seorang rasul sebelum diangkat menjadi
rasul), menimbulkan iman yang sempurna kepadanya dan menambah kecintaan
terhadapnya.
Manusia itu
diciptakan menyukai hal-hal yang indah, baik fisik (tubuh) maupun akhlaq, ilmu
maupun amal, keadaan maupun keyakinan. Dalam hal ini tidak ada yang lebih
indah, lebih sempurna, dan lebih utama dibandingkan akhlaq dan perangai Nabi.
Menambah kecintaan dan menyempurnakan iman adalah dua hal yang dituntut oleh
syara’. Maka, apa saja yang memunculkannya juga merupakan tuntutan agama.
KESEMBILAN,
mengagungkan Nabi SAW itu disyariatkan. Dan bahagia dengan hari kelahiran
beliau dengan menampakkan kegembiraan, membuat jamuan, berkumpul untuk
pengingat beliau, serta memuliakan orang-orang fakir, adalah tampilan
pengagungan, kegembiraan, dan rasa syukur yang paling nyata.
KESEPULUH, dalam
ucapan Nabi SAW tentang keutamaan hari Jum’at, disebutkan bahwa salah satu di
antaranya adalah, “Pada hari itu Adam diciptakan.” Hal itu menunjukkan
dimuliakan-nya waktu ketika seorang nabi dilahirkan. Maka bagaimana dengan hari
dilahirkannya nabi yang paling utama dan rasul yang paling mulia?
KESEBELAS,
peringatan Maulid adalah perkara yang dipandang bagus oleh para ulama dan kaum
muslimin di semua negeri dan telah dilakukan di semua tempat. Karena itu, ia
dituntut oleh syara’, berdasarkan qaidah yang diambil dari hadits yang
diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud, “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin,
ia pun baik di sisi Allah; dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia
pun buruk di sisi Allah.”
KEDUA BELAS, dalam
peringatan Maulid tercakup berkumpulnya umat, dzikir, sedekah, dan pengagungan
kepada Nabi SAW. Semua itu hal-hal yang dituntut oleh syara’ dan terpuji.
KETIGA BELAS, Allah
SWT berfirman, “Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, yang
dengannya Kami teguhkan hatimu.” (QS Hud: 120). Dari ayat ini nyatalah bahwa
hikmah dikisahkannya para rasul adalah untuk meneguhkan hati Nabi. Tidak
diragukan lagi bahwa saat ini kita pun butuh untuk meneguhkan hati kita dengan
berita-berita tentang beliau, lebih dari kebutuhan beliau akan kisah para nabi
sebelumnya.
KEEMPAT BELAS,
tidak semua yang tidak pernah dilakukan para salaf dan tidak ada di awal Islam
berarti bid’ah yang munkar dan buruk, yang haram untuk dilakukan dan wajib
untuk ditentang. Melainkan apa yang “baru” itu (yang belum pernah dilakukan)
harus dinilai berdasarkan dalil-dalil syara’.
KELIMA BELAS, tidak
semua bid’ah itu diharamkan. Jika haram, niscaya haramlah pengumpulan Al-Quran,
yang dilakukan Abu Bakar, Umur, dan Zaid, dan penulisannya di mushaf-mushaf
karena khawatir hilang dengan wafatnya para sahabat yang hafal Al-Quran. Haram
pula apa yang dilakukan Umar ketika mengumpulkan orang untuk mengikuti seorang
imam ketika melakukan shalat Tarawih, padahal ia mengatakan, “Sebaik-baik
bid’ah adalah ini.” Banyak lagi perbuatan baik yang sangat dibutuhkan umat akan
dikatakan bid’ah yang haram apabila semua bid’ah itu diharamkan.
KEENAM BELAS,
peringatan Maulid Nabi, meskipun tidak ada di zaman Rasulullah SAW, sehingga
merupakan bid’ah, adalah bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), karena ia tercakup
di dalam dalil-dalil syara’ dan kaidah-kaidah kulliyyah (yang bersifat global).
Jadi, peringatan
Maulid itu bid’ah jika kita hanya memandang bentuknya, bukan perincian-perincian
amalan yang terdapat di dalamnya (sebagaimana terdapat dalam dalil kedua
belas), karena amalan-amalan itu juga ada di masa Nabi.
KETUJUH BELAS,
semua yang tidak ada pada awal masa Islam dalam bentuknya tetapi
perincian-perincinan amalnya ada, juga dituntut oleh syara’. Karena apa yang
tersusun dari hal-hal yang berasal dari syara’, pun dituntut oleh syara’.
KEDELAPAN BELAS,
Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Apa-apa yang baru (yang belum ada atau dilakukan
di masa Nabi SAW) dan bertentangan dengan Kitabullah, sunnah, ijmak, atau
sumber lain yang dijadikan pegangan, adalah bid’ah yang sesat. Adapun suatu
kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan yang tersebut itu, adalah
terpuji.”
KESEMBILAN BELAS,
setiap kebaikan yang tercakup dalam dalil-dalil syar’i dan tidak dimaksudkan
untuk menyalahi syariat dan tidak pula mengandung suatu kemungkaran, itu
termasuk ajaran agama.
KEDUA PULUH,
memperingati Maulid Nabi SAW berarti menghidupkan ingatan (kenangan) tentang
Rasulullah, dan itu menurut kita disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana yang
Anda lihat, sebagian besar amaliah haji pun menghidupkan ingatan tentang
peristiwa-peristiwa terpuji yang telah lalu.
KEDUA PULUH SATU,
semua yang disebutkan sebelumnya tentang dibolehkannya secara syariat peringatan
Maulid Nabi SAW hanyalah pada peringatan-peringatan yang tidak disertai
perbuatan-perbuatan mungkar yang tercela, yang wajib ditentang.
Adapun jika
peringatan Maulid mengandung hal-hal yang disertai sesuatu yang wajib
diingkari, seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan, dilakukannya
perbuatan-perbuatan yang terlarang, dan banyaknya pemborosan dan
perbuatan-perbuatan lain yang tak diridhai shahthul Maulid, tak diragukan lagi
bahwa itu diharamkan. Tetapi keharamannya itu bukan pada peringatan Maulidnya
itu sendiri, melainkan pada hal-hal yang terlarang tersebut. [infokito]
disarikan dari
kitab Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid
‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki (1365 H -1425 H)
***************
MAULID
DALAM ALQURAN DAN HADIS
Rabiul Awal adalah
bulan bertabur pujian dan rasa syukur. Di bulan ini, seribu empat ratus tahun
silam, terlahir makhluk terindah yang pernah diciptakan Allah SWT. Namanya
Muhammad SAW. Kita patut memujinya, karena tiada ciptaan yang lebih sempurna
dari Baginda Nabi SAW. Berkat beliau, seluruh semesta menjadi terang benderang.
Kabut jahiliah tersingkap berganti cahaya yang memancarkan kedamaian dan ilmu
pengetahuan. Karena itu kita wajib mensyukuri. Tiada nikmat yang lebih berhak
untuk disyukuri dari nikmat wujudnya sang kekasih, Muhammad SAW.
Walau masih ada
segelintir muslimin yang alergi dengan peringatan maulid Nabi SAW, antusiasme
memperingati hari paling bersejarah itu tak pernah surut. Di seluruh belahan
bumi, umat Islam tetap semangat menyambut hari kelahiran Nabi SAW dengan
beragam kegiatan, seperti sedekah, berdzikir, shalawat, bertafakkur, atau
dengan menghelat seminar-seminar ilmiah, bahkan Rasulullah telah mengawali
mereka dan memberikan contoh dengan berpuasa setiap hari kelahiran beliau yaitu
hari senin. Negara-negara muslim, kecuali Arab Saudi, menjadikan tarikh 12
Rabiul Awal sebagai hari libur nasional. Hari itu pun dijadikan sebagai momen
pertukaran tahni’ah (ucapan selamat) bagi sebagian pemimpin negara-negara di
Sumenanjung Arab.
Secara harfiah,
maulid bermakna hari lahir. Belakangan istilah maulid digunakan untuk sirah
Nabi SAW, karena, seperti telah dimafhumi, sejarah dimulai dengan kelahiran
atau saat-saat jelang kelahiran. Sirah, atau sejarah hidup Rasulullah SAW itu
sangat perlu dibaca dan dikaji karena penuh inspirasi dan bisa memantapkan
iman. Allah SWT berfirman,
وَكُلًّا
نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ
“Dan semua kisah
dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami
teguhkan hatimu.. (Hud :120)”
Maulid Nabi Isa
Dalam Al-Quran
banyak tercantum maulid para nabi. Allah SWT mengisahkan Nabi Isa A.S. secara
runtun: mulai kelahirannya, lalu diutus sebagai rasul, hingga diangkat ke langit.
Coba tengok surat Ali Imran ayat 45 sampai 50. Di situ Allah SWT memulai
kronologi kisah Nabi Isa a.s. dengan firmanNya,
إِذْ
قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ
اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ
وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ
“(ingatlah), ketika
malaikat berkata: “Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan
kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang)
daripada-Nya, namanya Al masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia
dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),”
Dalam Surat Al
Maidah ayat 110, Allah SWT lagi-lagi menegaskan sekali lagi siapa sosok Isa
a.s., Allah SWT berfirman,
إِذْ
قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَى
وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ
وَكَهْلًا وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ
وَالْإِنْجِيلَ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي
فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ
وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَى بِإِذْنِي وَإِذْ كَفَفْتُ
بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا
مِنْهُمْ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ
“(ingatlah), ketika
Allah mengatakan: “Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada
ibumu di waktu Aku menguatkan dirimu dengan Ruhul qudus. kamu dapat berbicara
dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (Ingatlah)
di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah
pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung
dengan ijin-Ku, Kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung
(yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (Ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan
orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak
dengan seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari
kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (Ingatlah) di waktu Aku menghalangi
Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan
kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara
mereka berkata: “Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata”.
Ayat-ayat di atas
mengurai sirah nabi Isa a.s. mulai jelang kelahirannya sampai diangkat ke
langit. Sebuah data yang tak bisa dibantah keontetikannya. Mengacu terminologi
maulid sebagai sirah, jalinan kisah di atas sah-sah saja bila diistilahkan
sebagai Maulid Nabi Isa a.s.
Maulid Nabi Yahya
Selain Nabi Isa
a.s., Al-Quran juga mencatat “biografi” Nabi Zakaria dan maulid Nabi Yahya
Alaihimassalam. Dalam surat Maryam ayat 3 sampai 33, Allah mengisahkan
perjalanan hidup Nabi Zakaria dan Nabi Yahya dengan panjang lebar, dimulai
dengan sebuah doa Nabiyullah Zakariya yang penuh pengharapan.
قَالَ
رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ
أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا (4) وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ
وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا (5)
يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ آَلِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا
“Ia Berkata “Ya
Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban,
dan Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. Dan
Sesungguhnya Aku khawatir terhadap mawaliku (pengganti) sepeninggalku, sedang
isteriku adalah seorang yang mandul, Maka anugerahilah Aku dari sisi Engkau
seorang putera, yang akan mewarisi Aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub;
dan jadikanlah ia, Ya Tuhanku, sebagai seorang yang diridhai”.
Kemudian Allah
menjawab permintaan rasul-Nya itu, sekaligus sebagai isyarat akan lahirnya sang
“putra mahkota”, Nabi Yahya a.s.,
يَا
زَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ
قَبْلُ سَمِيًّا
“Hai Zakaria,
Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak
yang namanya Yahya, yang sebelumnya kami belum pernah menciptakan orang yang
serupa dengannya.
Selanjutnya, dengan
bahasa yang indah, Al-Quran mengisahkan sirah Nabi Zakaria a.s. dan putranya,
Yahya a.s.. Sama seperti perjalanan hidup Nabiyullah Isa a.s., sirah Nabi Yahya
bisa pula diistilahkan sebagai Maulid Nabi Yahya karena, hakikatnya, maulid
adalah sirah. Begitu pun kisah Nabi Ibrohim, Nabi Ismail, Nabi Ishak, Nabi
Ya’kub, Nabi Yusuf, Nabi Musa dan lainnya.
Maulid Siti Maryam
Tak hanya para
nabi. Al-Quran juga mendedah sejarah hidup sebagian kaum shalihin. Salah
satunya adalah Siti Maryam, sosok teladan bagi wanita sepanjang masa. Kisah
wanita mulia itu dibuka dengan sebuah nazar yang diucapkan seorang ibu yang
berhati tulus dalam surat Ali Imran ayat 35 sampai 37.
إِذْ
قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي
مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ )35(
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ
أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا
مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
)36( فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا
وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ
وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ
عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ )37(
“(ingatlah), ketika
isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku menazarkan kepada Engkau
anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul
Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
36. Maka tatkala
isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, Sesunguhnya Aku
melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang
dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan.
Sesungguhnya Aku Telah menamai dia Maryam dan Aku mohon perlindungan untuknya
serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang
terkutuk.”
37. Maka Tuhannya
menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan
pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. setiap
Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya.
Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam
menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki
kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.
Dan masih banyak
lagi yang tidak bisa kami sertakan pada artikel ini karena keterbatasan ruang
di website ini.
Dari ayat-ayat di
atas bisa diambil kesimpulan bahwa sebenarnya Maulid Nabi SAW, yang memuat
sirah Rasulullah SAW, adalah semacam epigon (pengikut) bagi Al-Quranul Karim
yang memuat sirah-sirah para nabi dan shalihin. Sebagai pemimpin para nabi,
sudah sepatutnya sejarah Nabi Muhammad dibukukan dan dibaca sesering mungkin.
Pentingnya mengenang perjalanan hidup Baginda Nabi SAW sangat dirasakan umat
Islam pada periode akhir-akhir ini, tatkala berbagai figur non muslim
ditawarkan oleh media-media secara gencar.
Hari Istimewa
Perlu diketahui,
sejatinya Allah SWT juga menjadikan hari kelahiran Nabi SAW sebagai momen
istimewa. Fakta bahwa Rasul SAW terlahir dalam keadaan sudah dikhitan
(Almustadrak ala shahihain hadits no.4177) adalah salah satu tengara. Fakta
lainnya:
Pertama, perkataan
Utsman bin Abil Ash Atstsaqafiy dari ibunya yang pernah menjadi pembantu Aminah
r.a. ibunda Nabi SAW. Ibu Utsman mengaku bahwa tatkala Ibunda Nabi SAW mulai
melahirkan, ia melihat bintang bintang turun dari langit dan mendekat. Ia
sangat takut bintang-bintang itu akan jatuh menimpa dirinya, lalu ia melihat
kilauan cahaya keluar dari Ibunda Nabi SAW hingga membuat kamar dan rumah
terang benderang (Fathul Bari juz 6/583).
Kedua, Ketika Rasul
SAW lahir ke muka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam).
Ketiga, riwayat
yang shahih dari Ibn Hibban dan Hakim yang menyebutkan bahwa saat Ibunda Nabi
SAW melahirkan Nabi SAW, beliau melihat cahaya yang teramat terang hingga
pandangannya bisa menembus Istana-Istana Romawi (Fathul Bari juz 6/583).
Keempat, di malam
kelahiran Rasul SAW itu, singgasana Kaisar Kisra runtuh, dan 14 buah jendela
besar di Istana Kisra ikut rontok.
Kelima, padamnya
Api di negeri Persia yang semenjak 1000 tahun menyala tiada henti (Fathul Bari
6/583).
Kenapa
peristiwa-peristiwa akbar itu dimunculkan Allah SWT tepat di detik kelahiran
Rasulullah SAW?. Tiada lain, Allah SWT hendak mengabarkan seluruh alam bahwa
pada detik itu telah lahir makhluk terbaik yang pernah diciptakan oleh-Nya, dan
Dia SWT mengagungkan momen itu sebagaimana Dia SWT menebar salam sejahtera di
saat kelahiran nabi-nabi sebelumnya.
Hikmah maulid
Peringatan maulid
nabi SAW sarat dengan hikmah dan manfaat. Di antaranya: mengenang kembali
kepribadian Rasulullah SAW, perjuangan beliau yang penuh pelajaran untuk
dipetik, dan misi yang diemban beliau dari Allah SWT kepada alam semesta.
Para sahabat
radhiallahu anhum kerap menceritakan pribadi Rasulullah SAW dalam berbagai
kesempatan. Salah satu misal, perkataan Sa’d bin Abi Waqash radhiyallahu anhu,
“Kami selalu mengingatkan anak-anak kami tentang peperangan yang dilakukan
Rasulullah SAW, sebagaimana kami menuntun mereka menghafal satu surat dalam
Al-Quran.”
Ungkapan ini
menjelaskan bahwa para sahabat sering menceritakan apa yang terjadi dalam
perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada anak-anak mereka, termasuk peristiwa
saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan.
Selain itu, dengan
menghelat Maulid, umat Islam bisa berkumpul dan saling menjalin silaturahim.
Yang tadinya tidak kenal bisa jadi saling kenal; yang tadinya jauh bisa menjadi
dekat. Kita pun akan lebih mengenal Nabi dengan membaca Maulid, dan tentunya,
berkat beliau SAW, kita juga akan lebih dekat kepada Allah SWT.
Sempat terbesit
sebuah pertanyaan dalam benak, kenapa membaca sirah baginda rasulullah mesti di
bulan maulid saja? Kenapa tidak setiap hari, setiap saat? Memang, sebagai tanda
syukur kita sepatutnya mengenang beliau SAW setiap saat. Akan tetapi, alangkah
lebih afdhal apabila di bulan maulid kita lebih intens membaca sejarah hidup
beliau SAW seperti halnya puasa Nabi SAW di hari Asyura’ sebagai tanda syukur
atas selamatnya Nabi Musa as, juga puasa Nabi SAW di hari senin sebagai hari
kelahirannya.
Nah, sudah
saatnyalah mereka yang anti maulid lebih bersikap toleran. Bila perlu,
hendaknya bersedia bergabung untuk bersama-sama membaca sirah Rasul SAW. Atau,
minimal – sebagai muslim– hendaknya merasakan gembira dengan datangnya bulan
Rabiul Awal. Sudah sepantasnya di bulan ini kita sediakan waktu untuk mengkaji
lebih dalam sejarah hidup Rasul SAW. Jangan lagi menggugat maulid! Tim CN &
FS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar